Sebelumnya kita sudah mengenal busana Uskup sesuai kegunaannya, pada saat apa Uskup menggunakan pakaian-pakaian tersebut. Kali ini kita akan mengulas lebih dalam tentang atribut penting yang khas bagi Uskup, yaitu sebagai simbol kesempurnaan Sakramen Imamat Suci, antara lain: Salib Dada/Salib Pektoral, Cincin, Mitra, Tongkat Gembala, dan Pallium.
#Mitra
Adalah hiasan Kepala Uskup yang melambangkan kewibawaan dan peran sebagai pemimpin umat. Ada tiga jenis mitra: Mitra Preciosa, Mitra Semi-Preciosa, dan Mitra Simplex. Mitra Preciosa, adalah Mitra yang indah dan sangat berharga, seringkali memakai benang emas atau perak dan dilengkapi juga dengan batu permata. Mitra Semi-Preciosa, adalah Mitra yang terbuat dari kain berwarna keemasan, atau kain sutera putih bersulamkan benang emas atau perak. Merupakan mitra yang selama ini kita lihat dipakai banyak Uskup di Indonesia. Mitra Simplex, adalah Mitra putrih polos dari bahan kain linen (atau kain sutera damask untuk Kardinal). Sering digunakan Uskup pada saat Konselebrasi, Misa Arwah dan Masa Prapaskah.
Mitra, pertama kali disebutkan dalam bulla yang dikeluarkan oleh Paus Leo IX pada tahun 1049. Ketika dia memberikan "Mitra Romawi" kepada Uskup Eberhard dari Trier. Setelah itu tradisi ini berlanjut selama berabad-abad. Mitra dibentuk ulang atau dihiasi sesuai dengan zaman. Menurut tradisi, lambang Uskup dapat digunakan dalam mitra, tetapi penempatannya biasanya di ujung bawah kedua pita yang menjuntai di belakang dan bukan di bagian depan mitra.
Mitra bisa dianalogikan dengan mahkota serorang Raja. Raja mengenakan mahkotanya saat berhadapan dengan rakyat, tetapi tidak saat berhadapan dengan Tuhan (saat berdoa, memimpin doa atau saat Tuhan hadir dalam rupa sakramen Mahakudus). Oleh karena itu ada saat dimana Uskup mengenakan mitra, ada saatnya Uskup melepas mitra saat memimpin ibadat.
#Tongkat Gembala
Sejak zaman Paus Paulus VI, tongkat Paus memiliki Salib melengkung di atasnya yang melambangkan jabatan khususnya tidak hanya sebagai Uskup Roma, tetapi juga wakil Kristus yang dipercaya memimpin Gereja Universal.
Tongkat dipakai Uskup hanya dalam wilayah keuskupannya. Uskup tamu yang memimpin suatu upacara agung, atas perkenan Uskup diosesan setempat, dapat juga memakain tongkat. Saat beberapa Uskup hadir dalam suatu upacara, hanya satu Uskup pemimpin upacara yang memakai tongkat (Bdk.CE59). Uskup selalu memegang tongkat dengan tangan kiri dan memberkati dengan tangan kanan.
Tongkat Gembala (Baculus Pastoralis), melambangkan peran Uskup sebagai Gembala yang baik- Yoh 10:11. Menurut St. Isidore, Uskup yang baru ditahbiskan menerima tongkat "untuk memerintah dan memperbaiki mereka yang dibawahnya atau memberikan dukungan kepada yang lemah."
#Cincin
Cincin senantiasa dikenakan Uskup, sebagai simbol kesetiaannya pada dan ikatan sucinya dengan Gereja, pengantinnya. (BDK. CE 1199). Di masa lalu, dibuat perbedaan antara cincin pontifikal (yang memiliki batu permata, tradisionalnya amethyst) dan cincin biasa (yang memiliki lambang Uskup atau desain lainnya). Cincin, seperti cincin kawin, melambangkan bahwa Uskup telah "menikah" dengan Keuskupannya. Cincin juga digunakan, setidaknya di masa lalu, untuk membuat cap segel Uskup pada lilin panas untuk mengidentifikasi dokumen. Selain itu, dalam tradisi Katolik, menghormati atau "mencium" cincin Uskup sebagai tanda hormat terhadap wewenangnya masih dianggap tepat.
#Salib Pektoral
Salib Pektoral/Salib Dada (Crux Pectoralis) dikenakan oleh Bapa Suci, Kardinal, Uskup, dan Abbas. kata "pektorali" berasal dari bahasa latin "pectus"yang berarti "dada". Salib ini dipasang pada rantai (atau tali anyaman hijau emas untuk uskup, merah untuk kardinal, emas untuk Paus, hitam untuk Abbas). dan dikenakan di dada, dekat jantung.
Pada zaman awal, salib dada mengandung relikui Salib Sejati atau bisa diganti dengan relikui seorang Santo/Santa. Meskipun tidak semua salib dada modern mengandung relikui, tradisi tersebut tetap berlanjut. Menariknya, pada tahun 1889. Tahta Suci merekomendasikan agar salib dada Uskup yang meninggal yang mengandung relikui Salib Sejati diberikan kepada penerusnya.
Ketika mengenakan salib dada, secara tradisional Uskup mengucapkan, "Munire me digneris" memohon kekuatan dan perlindungan Tuhan terhadap segala kejahatan dan musuh, serta mengingatkan akan penderitaan dan Salib-Nya.
#Pallium
Adalah pita wol putih dengan enam salib hitam atau merah. Melambangkan kesetiaan kepada Kristus, pallium hanya dikenakan oleh Paus, Uskup Agung Metropolitan, dan Patriark Yerusalem.
- Abad ke-3: dikenakan oleh awam dan klerus
- Abad ke-4: hanya oleh Paus
- Abad ke-5: oleh Paus dan klerus penting yang menerima pallium sebagai hadiah dari Paus
- Abad ke-9: hanya oleh Paus, uskup agung metropolitan, dan uskup lain yang diberi oleh Paus
- 1978: juga diberikan kepada Uskup agung metroplitan dan Patriark Yerusalem
Pallium dibuat dari wol anak domba yang diberkati setiap tahun pada hari peringatan St. Agnes (21 Januari). Tradisi yang bersal dari pontifikat Paus Yohanes XIII (965-972). Pallium kemudian diberikan saat Hari Raya St. Petrus dan Paulus.
Gimana nih, apakah rasa penasaran Umat Allah sudah terjawab mengenai atribut Uskup yang sering kita lihat ini ?
Bagikan pengetahuan ini kepada teman, saudara, atau keluarga agar semakin banyak orang mengenal warisan tradisi Gereja Katolik yang sakral ini!. Tuhan Memberkati.
sumber: Instagram @komsoskeuskupansurabaya
Comments powered by CComment